Cemas

Setiap kali ia berada di kerumunan orang, keringatnya tak pernah berhenti mengalir.

Setiap kali ia mendengar banyak orang berbicara, kedua bola matanya bergerak lebih sering.

Setiap kali ia melihat orang-orang berlalu-lalang di sekitarnya, kepalanya sebisa mungkin ia tundukkan.

Ia tidak ingat sejak kapan ia menjadi seperti itu. Yang ia tahu, selalu ada perasaan khawatir berlebih setiap kali ia keluar dari kamar super nyamannya, rumah super amannya.

Ia selalu merasa diperhatikan oleh banyak pasang mata tiap berada di keramaian.

Ia selalu merasa menjadi pusat perhatian dari tiap gerik yang ia perbuat.

Ia selalu merasa mendengar beragam omongan orang yang ditujukan untuknya.

Padahal ia sendiri pun tahu, mana mungkin ada banyak orang yang memperhatikan, menjadikannya sebagai pusat perhatian, atau bahkan menjadikannya bahan obrolan?

Itu semua hanyalah rasa cemas yang ia sendiri tidak mengerti bagaimana cara menghadapinya.

34 pemikiran pada “Cemas

Tinggalkan Balasan ke Nurmalita Rhizky Batalkan balasan